JawaPos.com – Tawuran hampir
terjadi di perempatan Jalan Ngaglik, Kapasari, Jumat (7/2). Tiga anak berusia
belasan tahun dibawa Satpol PP Surabaya dan kemudian diserahkan ke Polrestabes
Surabaya. Mereka kedapatan membawa senjata tajam. Anak-anak itu menangis saat
menceritakan keterlibatan mereka dalam tawuran tersebut.
Bocah berusia 12 tahun berinisial F menuturkan bahwa dirinya diajak temannya yang masih satu sekolah. Dia diajak berkumpul di perempatan Jalan Ngaglik. F sebenarnya paham bahwa perbuatan itu tidak benar. Tapi, dia tidak kuasa menolak karena konsekuensinya akan jadi korban perundungan di sekolah.
”Gak wani
nolak. Digeruduk tiap hari,” ujar F di Kantor Satpol PP Surabaya. Dia
menyebutkan, tawuran itu melibatkan murid dari dua SD negeri di Kapasari.
Persoalan dipicu adanya satu murid yang diancam salah seorang siswa. Merasa tak
terima, mereka mengajak tawuran. Yang diajak adalah anak-anak lain. Termasuk
anak yang putus sekolah. Siang itu, F ditangkap bersama Fa dan Ra.
Ra menceritakan bahwa ibu dan bapaknya sudah bercerai saat
dirinya masih kecil. Dia tinggal bersama kakeknya di daerah Gembong. Ra mengaku
putus sekolah sejak kelas V SD. Dia sebenarnya ingin sekolah lagi. ”Aku diajak,
Pak. Diancam,” ujar Ra sambil menangis.
Bahkan, anak-anak itu sudah memikirkan strategi untuk datang ke
lokasi tawuran. ”Kalau ada yang tanya, ngomong kerja kelompok,” kata Ra.
Kabid Ketertiban Umum dan Ketenteraman Masyarakat Satpol PP
Surabaya Piter Frans Rumaseb mengungkapkan, pihaknya mendapatkan informasi dari
masyarakat bakal ada tawuran di perempatan Jalan Ngaglik, Kapasari. Dari
informasi masyarakat, total ada sekitar 60 anak yang terlibat. ”Dari informasi
warga, anak-anak itu sudah mengacungkan senjata,” ujar Piter.
Setelah petugas satpol PP datang, anak-anak peserta tawuran
tersebut kocar-kacir. Tiga anak yang dibawa satpol PP itu tertinggal. Dari
penyisiran petugas di sekitar lokasi, ditemukan senjata tajam. Mulai parang
sepanjang 1 meter, golok, celurit, sabuk yang ujungnya dipasangi gir sepeda,
hingga seng yang dibentuk seperti gergaji.
Fa ditemukan membawa sabuk dengan diberi banyak besi di
ujungnya. ”Arahan Pak Kasat (Kasatpol PP Surabaya Irvan Widyanto, Red) karena
ada sajam, diserahkan ke polrestabes,” ujar Piter.
Piter mengungkapkan, wali kelas siswa sekolah tersebut juga
dihadirkan. Dari pengakuan sang wali kelas, Fa termasuk anak yang baik dan
penurut. Turut didatangkan pula tim pendamping anak dari dinas pengendalian
penduduk, pemberdayaan perempuan, dan perlindungan anak (DP5A). ”Kami data dan
akan dipanggil orang tuanya,” ungkap dia.
Editor : Dhimas Ginanjar
Reporter : jun/c6/git
1 Comments
S
ReplyDelete