*New Normal
"New normal, new normal, new normal." Teriak Magdalena, wanita tiga anak dengan wajah berseri-seri sambil berlari membawa sayur yang baru saja dia beli. Tentu saja gang sepi itu sebentar menjadi ramai karna ulahnya. Orang di dalam rumah penasaran mengintip dari cendela ruang tamunya.
"Eehh mbak new normal iku apa?" ibu-ibu yang berpapasan dengannya dengan sigap membalas teriakan Magdalena.
"Leh koe gak krungu ta nok tipi wes ono pengumuman new normal." "Laiyo, new normal kui opo mbak?" Balas ibu-ibu semakin penasaran.
"New normal kui yo pokoe boleh ngapain saja karena sudah new normal, sudah gak bahaya. Boleh kemana-mana." Jelas Magdalena bangga.
"Loh viruse wes ilang tah mbak?" "Gak ngerti, pokoe new normal saiki. Wong-wong lo wes podo gawe status new normal nok pesbuk, twitter, yutub yo rame."
Tegas Magdalena dengan nada lebih tinggi.
Mendengar percakapan Magdalena dengan ibu-ibu di gang, sontak membuat gang kecil tersebut mulai ramai. Gang yang hanya bisa di lewati dua sepeda motor ini takpernah seheboh ini semenjak virus corona mulai menjadi pandemi. Terahir gang ini ramai waktu tahun baru, kala itu Ucok anak pak RT menyalakan kembang api dan di arahkan langsung ke pintu rumah warga yang tertutup. Tapi kali ini bukan Ucok yang berulah lagi, bukan ucok yang membuat gang sempit ini ramai.
Pak RT yang melihat warganya berkumpul mendengarkan informasi dari Magdalena segera mendekat. "Ada apa ini?" Teriak pak RT dari belakang kerumunan sambil mencari jalan untuk maju kedepan. Para warga yang menyadari pak RT di belakang dengan gesit membuka jalan.
Tidak butuh waktu lama pak RT sudah berada di depan warga, kini pak RT membelakangi Magdalena dan menghadap ke warga sambil berkata "Koe kabeh lapoan iki?" Tanya pak RT dengan nada tegas dan berwibawa. "Ikulo mbak Magda ngumumin lak saiki iku new Normal, wes aman, oleh gerumbulan lan wes ora wajib maskeran." Teriak warga saling bersahutan.
Dengan cepat pak RT memutar lehernya 90 drajat mengarah pada Magdalena di belakangnya. "Mbak Magdalena, tulong jelasno nang aku!" "Ngapunten pak RT niki kulo mirsani teng TV, teng status tiyang-tiyang kaleh teng media-media sosial lintune terose sampun new normal." Pelan dan jelas Magdalena menjelaskan. "Terus?" "Terus nggeh kulo sanjang teng warga pak RT." Tegas magdalena. Kali ini nadanya semakin rendah cenderung menghilang.
Pak RT yang sedari tadi mendengar penjelasan Magdalena perlahan membalikan badan menghadap ke kerumunan. Sembari membenarkan lipatan sarung dan kopyahnya yang sedikit tidak presisi pak RT mulai angkat suara. Kali ini suara pak RT lebih tinggi dari Magdalena. "Begini para warga, New normal itu baru wacana. Pemerintah belum mengetuk palu untuk menetapkannya. Jadi, tetap tenang dan jangan membuat Hoax di mana-mana, walaupun nanti New normal sudah berlaku, kita akan tetap mematuhi protokol kesehatan yang ada." Melirik Magdalena sembari melanjutkan pembicaraanya "New normal itu malah lebih ketat dari PSBB kemarin. Kita tetap memakai masker, tetap mencuci tangan , tetap tidak berkerumunan dan jaga jarak pokoknya. Vaksin virus corona ini belum ada. Jadi, kita tetap hati-hati dan waspada!" Pungkas pak RT.
Ucok yang sedari tadi diam sambil memainkan gawai sesekali matanya melirik ke arah pak RT, di ujung pembicaraan pak RT Ucok mengajak teman-temannya ke markas rahasia di belakang rumahnya, markas bawah tanah dia menyebutnya. "teman-teman, let's go! Ada barang baru, ayo kita eksekusi!" "ayo!" Sambung teman-temannya sambil berlarian meninggalkan kerumunan menuju markas bawah tanah...
*Semoga memberi manfaat.
*Tetap kita saling menjaga dan waspada
*corona masih ada vaksinnya belum ada
*sekalipun nanti new normal di berlakukan, semoga kita tetap saling jaga jarak aman.
~Rohman Abd.
"New normal, new normal, new normal." Teriak Magdalena, wanita tiga anak dengan wajah berseri-seri sambil berlari membawa sayur yang baru saja dia beli. Tentu saja gang sepi itu sebentar menjadi ramai karna ulahnya. Orang di dalam rumah penasaran mengintip dari cendela ruang tamunya.
"Eehh mbak new normal iku apa?" ibu-ibu yang berpapasan dengannya dengan sigap membalas teriakan Magdalena.
"Leh koe gak krungu ta nok tipi wes ono pengumuman new normal." "Laiyo, new normal kui opo mbak?" Balas ibu-ibu semakin penasaran.
"New normal kui yo pokoe boleh ngapain saja karena sudah new normal, sudah gak bahaya. Boleh kemana-mana." Jelas Magdalena bangga.
"Loh viruse wes ilang tah mbak?" "Gak ngerti, pokoe new normal saiki. Wong-wong lo wes podo gawe status new normal nok pesbuk, twitter, yutub yo rame."
Tegas Magdalena dengan nada lebih tinggi.
Mendengar percakapan Magdalena dengan ibu-ibu di gang, sontak membuat gang kecil tersebut mulai ramai. Gang yang hanya bisa di lewati dua sepeda motor ini takpernah seheboh ini semenjak virus corona mulai menjadi pandemi. Terahir gang ini ramai waktu tahun baru, kala itu Ucok anak pak RT menyalakan kembang api dan di arahkan langsung ke pintu rumah warga yang tertutup. Tapi kali ini bukan Ucok yang berulah lagi, bukan ucok yang membuat gang sempit ini ramai.
Pak RT yang melihat warganya berkumpul mendengarkan informasi dari Magdalena segera mendekat. "Ada apa ini?" Teriak pak RT dari belakang kerumunan sambil mencari jalan untuk maju kedepan. Para warga yang menyadari pak RT di belakang dengan gesit membuka jalan.
Tidak butuh waktu lama pak RT sudah berada di depan warga, kini pak RT membelakangi Magdalena dan menghadap ke warga sambil berkata "Koe kabeh lapoan iki?" Tanya pak RT dengan nada tegas dan berwibawa. "Ikulo mbak Magda ngumumin lak saiki iku new Normal, wes aman, oleh gerumbulan lan wes ora wajib maskeran." Teriak warga saling bersahutan.
Dengan cepat pak RT memutar lehernya 90 drajat mengarah pada Magdalena di belakangnya. "Mbak Magdalena, tulong jelasno nang aku!" "Ngapunten pak RT niki kulo mirsani teng TV, teng status tiyang-tiyang kaleh teng media-media sosial lintune terose sampun new normal." Pelan dan jelas Magdalena menjelaskan. "Terus?" "Terus nggeh kulo sanjang teng warga pak RT." Tegas magdalena. Kali ini nadanya semakin rendah cenderung menghilang.
Pak RT yang sedari tadi mendengar penjelasan Magdalena perlahan membalikan badan menghadap ke kerumunan. Sembari membenarkan lipatan sarung dan kopyahnya yang sedikit tidak presisi pak RT mulai angkat suara. Kali ini suara pak RT lebih tinggi dari Magdalena. "Begini para warga, New normal itu baru wacana. Pemerintah belum mengetuk palu untuk menetapkannya. Jadi, tetap tenang dan jangan membuat Hoax di mana-mana, walaupun nanti New normal sudah berlaku, kita akan tetap mematuhi protokol kesehatan yang ada." Melirik Magdalena sembari melanjutkan pembicaraanya "New normal itu malah lebih ketat dari PSBB kemarin. Kita tetap memakai masker, tetap mencuci tangan , tetap tidak berkerumunan dan jaga jarak pokoknya. Vaksin virus corona ini belum ada. Jadi, kita tetap hati-hati dan waspada!" Pungkas pak RT.
Ucok yang sedari tadi diam sambil memainkan gawai sesekali matanya melirik ke arah pak RT, di ujung pembicaraan pak RT Ucok mengajak teman-temannya ke markas rahasia di belakang rumahnya, markas bawah tanah dia menyebutnya. "teman-teman, let's go! Ada barang baru, ayo kita eksekusi!" "ayo!" Sambung teman-temannya sambil berlarian meninggalkan kerumunan menuju markas bawah tanah...
*Semoga memberi manfaat.
*Tetap kita saling menjaga dan waspada
*corona masih ada vaksinnya belum ada
*sekalipun nanti new normal di berlakukan, semoga kita tetap saling jaga jarak aman.
~Rohman Abd.
0 Comments