Bab 0

Tuhan, aku kerdil untuk memahami sebuah makna dalam untaian baris kata-kata dan berbagai penafsiran selalu dangkal terlebih dalam perihal cinta
setahun bukan waktu yang singkat untuk menjalani kehidupan tanpa cinta dari seorang peri ataupun putri raja, satu tahun kiranya cukup bagiku untuk membungkus rapi kenangan dan menguncinya sehingga aku dapat berjalan tanpa membuka kenagan itu. aku sediakan pula lembar kosong untuk gadis manja yang ku temui dalam panasnya matahari dan riuhnya angin tepat di gedung utama kampus terutama di pulau terpencil madura. pertaa melihat bukan bermaksud untuk menggodanya namun sekedar kagum akan ciptaannya yang seakan melambungkan jiwaku ke awan untuk selalu bersyukur dan berdzikir padaMu.

bahkan aku takberani menyapanya seperti aku menyapa gadis-gadis lain yang lalu lalang di depan mata, pagi itu di samping jalan utama dan keramaian yang biasa terjadi saat menjelang siang dan gerbang kampus mulai terbuka siap dengan satpam yang mengantri memungut surat ijin mengemudi (STNK). kiri kanan jalan terdapat mesin-mesin uang yang berjajar rapi, namun bukan itu yang mejadi spesial di hari yang panas ini. sosok gadi yang kutemui dalam balutan kata suci duduk anggun tepat disamping mesin uang, pandanganku sempat berhenti dan seolah waktu senada denganku, singkat namun itu cukup untuk sekedar melihat senyumnya. takpernah tahu dan takingin tahu sebelumnya tentang gadis-gadis sosial dalam ruang sosialku alasannya jelas, ada yang menungguku di dalam gedung tinggi di belakang bangunan megah di pulau madura.
namun semenjak bangunan itu runtuh aku mulai perlahan mengagumi ciptaanNya dan berfikir aku terlalu ceroboh dengan membiarkan menjalankan cinta dengan hati yang terkunci, fikiran yang terpatri dan tujuan yang ditentukan. runtuhnya bangunan besar itu seolah mengenalkanku ada dunia baru, dunia posmodernis dengan gadis moderen dewasa namun terkadang bersikap anak-anak dengan dunia animasinya.

Post a Comment

0 Comments