Muqadimah
Cinta
oleh: Abd.Rohman
“Tiada
masa paling indah masa-masa di sekolah, tiada kisah paling indah kisah kasih
disekolah….” Mungkin cuplikan syair dari
lagu almarhum crisye tersebut menyiratkan kata yang penuh makna betapa tidak
aku mengenal cinta kala itu aku masih bau kencur begitu kata orang-orang di
kampungku menyebut anak yang berusia belum cukup umur untuk mengawali sebuah
lakon percintaaan. “Ahh cuek” kataku dalam hati hehehe, dia Bima anak dari TKI
yang bekerja di Malaysia, jelas dia dari keluarga bercukupan. Bima belajar di
madrasah yang sama denganku. Witing tresno jalaran songko kulino begitu pepatah
jawa mengatakan yang artinya cinta timbul dari seringnya bersama atau ketemu.
Gelap malam mulai menyapa mahluk di bumi yang sedang sibuk dengan aktifitasnya.
Lina sedang jalan-jalan dengan saudara
perempuaannya ke sebuah butik dekat rumah irfan. Tak sengaja ia berpapasan
dengan irfan yang sedang jalan bersama teman-temannya. Irfan yang hendak ke
rumah fauzan temannya. fauzan adalah teman irfan yang jago bermain gitar, saat
itu irfan sedang belajar mendalami teknik gitar pada fauzan, jadi hampir tiap malam irfan ke
rumah fauzan. Lina yang akan masuk ke butik tersebut hanya memandang sinis pada
irfan, nampaknya lina masih kesal karena ia mengira irfanlah yang telah
melakukan hal yang tidak terpuji pada dirinya, keesokan harinya di sekolah tak
nampak wajah irfan hanya surat di meja guru yang mewakili kehadiran irfan pada
waktu itu “irfan sakit.” Kata pak hudlori selaku guru Bahasa Indonesia yang
sedang mengajar,
pada waktu itu spontan doni berteriak dengan lantang sambil melirik kearah lina
“sakit asmara pak baru kena tembakan maut hahaha” “Hahaha” serentak teman
sekelas ikut tertawa dengan ucapan doni, lina tertunduk ia tampak terdiam
dihatinya mulai merasa bersalah akan tetapi hati lina terselimuti oleh kabut
tebal yang membuat buta mata hatinya, ia merasa benar dengan tidakan pembelaan
terhadap dirinya. Sepulang sekolah tampak lina berjalan sendiri di gang
rumahnya dari kejauhan terdengar
teriakan memanggil “liinn….” terlihat yusuf yang sedang berlari sambil
menghampiri dan memanggil-manggil lina, “ada apa suf?” kata lina “ada satu hal
yang ingin aku sampaikan lin.” Lina nampak kaget mendengar ucapan yusuf menurutnya
yusuf adalah anak yang tak banyak bicara bila berhadapan dengannya bahkan menyapa pun
jarang, yusuf terkenal anak yang pendiam dan pemalu, “lin sebenarnya yang kurang
ajar padamu kemarin bukan irfan, kamu salah orang lin!” Kata yusuf meneruskan
pembicaraannya “terus siapa suf?” sambung lina dengan nada keras dan terlihat
di raut wajahnya yang tersirat rasa ingin tahu yang sangat
tinggi “Doni!” dengan suara lantang yusuf berkata. serontak amarah lina bercampur
rasa bersalah pada irfan memuncak “Doni!!!” dengan nada keras lina berkata
sambil membalikkan badan dan langsung pergi tanpa menghiraukan yusuf yang
sedang bersamaanya. Sesampainya di rumah tidak seperti biasanya lina yang
dirumah selalu membantu ibunya di dapur sekarang lebih memilih mengurung diri
di kamar nampaknya gadis 15 tahun ini teringat kembali tindakan asusila yang
dilakukan doni di kelas, lebih-lebih dia mengingat kata-kata yusuf tadi, dalam hati lina hanya
dapat memendam rasa bersalah pada irfan yang telah di tamparnya sehari yang
lalu, malam itu juga lina
menghubungi didik, teman dekat irfan dengan harapan ia akan mendapat nomor
telfon irfan dan akan meminta maaf pada irfan lewat telepon, usahanya sia-sia
ternyata irfan tidak mempunyai
HP, kini lina hanya pasrah dan berdoa pada Allah untuk kesembuhan irfan dan
berharap besok sekolah irfan ada di bangkunya. Malam mulai larut seraya mengajak lina bersantai menikmati
lukisan sang malam suara kumandang adzan menambah suasana malam terasa teduh,
seperti biasa sehabis sholat maghrib lina belajar bersama saudara-saudaranya di ruang tamu, ibu lina
yang bekerja sebagai penyulam kerudung pun terlihat disana, tangan kirinya
memegang kerudung dan tangan kanannya memegang jarum yang telah terselipi benang
sulam . tak terasa jarum jam menunjuk angka 09.00 wib. Rosyi, adik lina berkata”
mbak sudah jam Sembilan aku capek, ayo nonton TV” suasana menjadi gaduh akibat kata itu.
Saudara lina yang lain ikut membenarkan perkataan rosyi “iya mbak capek” ibu lina langsung menanggapi perkataan saudara-saudara
lina,” boleh nonton TV nduk, tapi jangan lama-lama,besok kamu kan sekolah”
mereka menjawab dengan serentak “oke buu…” hanya lina yang diam. Setelah
merapikan buku pelajaran lina nyelonong masuk kekamarnya, tanpa pamit dengan
ibu atau saudara-saudara yang lain, di kamarnya lina tak langsung tidur dia
berbaring dengan pandangan kosong, ia sedang melamun, iya lina sedang melamun
irfan. Dalam hatinya bertanya-tanya tentang keadaan irfan ditambah dengan rasa
bersalah yang mulai merasuki jiwa lina, dalam hati lina berkata,” aku salah,
aku harus menemui irfan dan meminta maaf.”
Fikiran lina tak terkendalikan hingga ia teringat
tentang kisah pada zaman dahulu tentang burung merpati yang mengirimkan surat
dari raja satu
ke raja yang lainnya, nampaknya ini yang menjadi inspirasi lina untuk menulis
surat buat irfan, tak menunggu waktu yang lama lina segera membuka tas dan
mengambil buku di dalamnya, lina mulai merangkai kata-kata dalam tulisannya,
inilah secuplik surat yang lina tulis untuk irfan.
“Assalamu’alaikum
war.wab
Fan gimana kabarmu?
Semoga baik ea… aq mau minta maaf dengan kejadian kemarin jujur aq khilaf saat
menamparmu di dalam kelas, aq g’ tau kalo yang melakukannya adalah doni aq bener-bener minta maaf fan aq harap
kamu maafin aq. Kemarin kamu sakit apa fan? Kok tiba-tiba g masuk sekolah
padahal malemnya kita kan ketemu pas di butik deket rumahmu……….
Sekali lagi maaf ya
fan…
Wassalam”
Temanmu, lina.
Setelah
surat jadi, lina mulai tenang tetapi fikirannya masih tertuju pada irfan yang
sekarang lagi sakit “mungkin sekarang
dia sedang lemas di tempat tidur” pikir
lina dalam hati, waktu begitu cepat tak terasa jam menunjukkan pukul 00.00,rasa
kantuk yang luar biasa mulai menghampiri lina hingga tak dirasa lina tertidur
diatas kertas suratnya hingga subuh menjelang.
Hari
itu adalah hari kamis dimana hari yang di tunggu-tunggu oleh para siswa bukan
karna hari kamisnya melainkan besoknya adalah hari jum’at dan waktunya libur,
maklum lah anak madrasah berbeda dengan sekolahan negri yang liburnya hari
minggu, pagi itu di sekolah tak nampak wajah irfan ini membuat lina semakin
bertanya-tanya tentang sakit yang di derita irfan, sudah tiga hari irfan tidak
masuk sekolah. Bell pulang berbunyi para
siswa mulai keluar dari kelas mereka masing-masing, lina tidak langsung keluar
kelas ia masih menunggu seseorang, lina menunggu didik yang sedang merapikaan
tasnya, teman-teman lina sudah keluar kelas terlebih dahulu kini tinggal lina
dan didik yang berada didalam kelas lina mendekati didik dan bertanya,” temenmu
kenapa dik?” sambil agak kaget didik menjawab,” siapa, irfan?” “la itu kamu
tahu,” sahut lina. Dengan nada sedikit cuek didik menjawab,”sakit, emang ada
apa?” “enggak dik, aku cuma mau ngasih ini ke irfan, nitip ya?” jawab lina
sambil menyodorkan suratnya ke didik, “oke.!” Kata didik sambil menerima surat
dari lina, mereka keluar kelas dan menuju rumah masing-masing.
Hari itu didik nampak sibuk sekali sampai-sampai ia lupa
akan surat yg lina titipkan padanya hingga hari jum’at surat itu masih rapi di
dalam tasnya, “oalahh aq di titipi lina surat.” katanya dalam hati, “tar ae lahh habis sholat jum’at.”
Gumamnya. Hari itu sangat panas nampaknya matahari menunjukkan keperkasaannya, didik
mengayuh sepedahnya melewati lorong jalan yang sempit hingga sampai di depan
rumah irfan “assalamu’alaikum,fan....” nampak bude irfan membuka pintu “wa’alikum salam,
masuk dik.” Dengan senyuman ramah khas lamongan bude irfan menyuruh
didik masuk, “bude irfan ada?” tanya didik dengan nada keras “ada
dik!” suara keras dari dalam menimpali pertanyaan didik, ternyata irfan yang keluar kamar sedang menuju
ruang tamu “lo loe gak papa boss?” tanya didik dengan celotehannya “eo gak papa
wung aku cuma
kecapean.” Sahut irfan, “kecapean apa, wung muntah-muntah gitu!.” Sahut bude
irfan “wahhh kamu hamil fan..” ledek didik dengan nada cuek “plak..!” kepala didik di jitak
irfan “ngawur kamu, bukan hamil brow cuma lagi mengandung anak loe.” “hallah
najiz gue.” Bentak didik dengan tertawa terbahak-bahak, “dapa loe tumben panas gini udah nyampek sini?” kata irfan. “hmmm ini kalau bukan gara-gara kasusmu aku gak bakal bela-belain
melawan sang surya yang sedang menyinari dunia hingga ku sampai di istanamu
ini.” Kata didik. “hallah sok puitis loe, to the point aja aku udah ngantuk.” Sambil menyodorkan kertas ke arah irfan didik
berkata, “ loe baca sendiri, aku gak berani buka, itu dari lina.” “dari lina??” irfan kaget, hati irfan rasanya tak karuan saat itu,ia
bingung tapi juga senang dapat surat itu, kenapa tiba-tiba lina,orang yang
dikagumi mengirim surat untuknya?. “iya,bener bro kapan aku bohong sama kamu?”
jawab didik. ia meledek irfan yang saat itu senyum-senyum sendiri sambil
membuka lipatan kertas di tangannya, “cie….yang dapet surat cinta” ledek
didik.”huust… jangan ngawur dia cuma nanya kabarku mungkin dia merasa bersalah
atas kejadian hari minggu itu.”jelas irfan kepada didik. “oalah..gitu yawis bro
tak pulang dulu aku.” Pamit didik kepada irfan yang masih nyengir dengan
suratnya.
Bulan
mulai datang dengan kegagahannya menemani seorang remaja yang mulai merasakan
aroma cinta di hatinya. Malam itu tanpa menunggu lama irfan langsung membalas
surat dari lina.
“Assalamu’alaikum
war.wab.
Langsung saja lin
Alhamdulillah kabarku
baik baik saja. Mungkin aku hanya masuk angin lin. Gara-gara keseringan keluar
malam.
Oh iya soal kejadian
minggu lalu aku udah maafin kamu lin, aku ngerti bagaimana perasaanmu saat itu.
Memang tidak pantas doni melakukan semua itu,tapi kamu tau sendirikan
kejahilannya. Syukurlah kamu sudah tau yang sebenarnya.
Ya sudah lin…
trimakasih ya sudah perhatian sama aku J
Wassalam”
irfan
Setelah
menulis surat untuk lina irfan baru membuka buku pelajarannya untuk belajar,
sampai pukul 23.00 wib. irfan masih meneruskan belajarnya. Tepat pukul 00.00
wib. irfan mulai mengambil tempat untuk tidur. Malam yang dingin mulai
menyelimuti tidur irfan malam itu.
Mentari
mulai menyusuri peraduanya, dari arah timur cahaya begitu terang menyinari alam
raya ini. Terdengar suara” teeeet!!!teeet!!!.” bell masuk sudah berbunyi. Semua siswa masuk kelas, dan
“deg” hati lina terkagetkan oleh kedangan seorang cowok yang tiga hari ini
tidak terlintas di matanya. Siapa lagi kalau bukan irfan, Sorot mata irfan yang
lama tak terlihat membuat hati lina berdetak kencang, “ dag dig dug ” disamping
lina merasa bersalah terhadap irfan, sebenarnya dia juga sudah memendam sebuah
rasa yang tak pernah terungkapkan, rasa itu adalah cinta. “prok prok prok!”
suara sepatu irfan yang melangkah dengan pasti menuju kearah lina.”lin apa
kabar?” suara serak irfan mulai mengiang di telinga lina “oh.. fan udah sembuh?
Alhamdulillah aku sehat fan” sahut lina sambil menyunggingkan senyuman manis di
bibirnya. Melihat senyum lina irfan makin merasa kalau lina adalah wanita
terindah di dunia ini. “uhuk uhuk uhuk” suara batuk yang datang dari luar kelas
membubarkan perbincangan mereka. Ternyata guru matematika telah siap memasuki
kelas. Kegiatan belajar mengajar berjalan dengan lancer tanpa ada kegaduhan dan
celotehan dari siswa-siswi.
Hari
berganti hari detik demi detik silih berganti, Semakin hari cinta yang
tersimpan di hati irfan dan lina semakin
bertambah, namun mereka tak kunjung berani
untuk mengungkapkan semua rasa itu. Semakin hari hubungan mereka semakin
dekat, sekarang mereka lebih sering terlihat bersama dalam setiap kegiatan
sekolah. Itulah yang menjadikan irfan mantap dan berani mengungkapkan isi
hatinya ke lina. Tepat tanggal 23 Desember irfan memberanikan diri mendatangi lina yang
saat itu menjadi moderator dalam suatu acara di sekolah, tanpa berfikir lama
irfan tiba-tiba meminjam microphone
yang di pegang lina “lin..pinjam sebentar”. Lina yang saat itu tidak tahu
maksud dan tujuan yang dilakukan irfan langsung menyerahkan pelantang suara
tersebut kepada irfan “ini fan.” Ifan berdiri di depan lina dan ratusan peserta
acara yang sedang santai menikmati acara coffe
break tiba-tiba ia meminta lina untuk berdiri “ saudari lina bisa berdiri
sebentar?” tanpa berkata apa-apa lina langsung berdiri dan menganggukkan
kepalanya, ini pertanda lina setuju dan mengiyakan permintaan irfan. Muka irfan
memerah kelihatan sekali kalau irfan sedang gugup, semua orang di ruangan itu
bingung dengan kelakuan ifan yang tiba-tiba berjalan kedepan dan memintak microphone yang di pegang lina. Suara bisik-bisik
dari para peserta pun mulai terdengar di telinga irfan dan lina “ada apa ini?
Irfan mau menembak lina ya?? Ihhh so
sweet” “ciee… lina mau di tembak
irfan tuuh” “ehm…. Langsung di trima aja lin”
ruangan sangat gaduh saat itu. Kegaduhan itu menjadikan wajah cantik lina mulai
memerah,keringat di keningnya pun mulai membasahi pipi manisnya, lina terlihat
grogi mendengar celotehan para peserta acara tersebut, jantung lina mulai
berdetak dengan kencang “dag dig dug dag dig dug.” Irfan terus memandangi wajah
lina yang sedang tertunduk karena malu. “ehm…” irfan memulai pembicaraan, tanpa
di suruh seluruh peserta diam, ruangan berubah menjadi hening. “ lina… sudah
lama aku memendam rasa ini kepadamu, sudah lama pula aku memperhatikan tingkah
manjamu di depanku, aku yang selalu terpesona dengan keindahan parasmu, aku
yang telah terhipnotis oleh akhlak muliamu, dan aku yang menyayangi semua
tentangmu, Untuk saat ini dan seterusnya maukah kau menjadi pacar ku?” “cieee
cuit-cuit” ruangan semakin gaduh kembali “ayooo linaa trima irfan” “trima..
trima.. trima..” wajah lina semakin
memerah, tanpa berpikir panjang lina langsung menjawab pertanyaan yang di
lontarkan irfan “maaf fan… aku tidak bisa.” “deg” hati irfan rasanya leleh saat
itu,air mata irfan keluar dan membasahi pipinya, hati irfan rasanya sakit dia
bertanya-tanya dalam hati “kenapa cintaku di tolak lina? Salah apa aku? ” tidak
hanya irfan semua peserta pun kecewa mendengarkan jawaban yang diberikan lina
untuk irfan “yaaaah penonton kecewa” “lina kog gitu sih…” kegaduhan semakin
menjadi-jadi setelah lina menjawab pertanyaan irfan. Tapi stop tiba-tiba lina
mengambil micriphonnya lagi dan ia
melanjutkan pembicaraan “tolong maaf kan aku
teman-teman terutama untuk kamu ifan, aku tidak bisa…. Aku tidak bisa
menolak cinta yang kau berikan untukku karna sesungguhnya aku juga sudah
menyimpan rasa itu lama sekali” tanpa disadari irfan yang sedang mendengarkan
ucapan lina langsung meloncat kegirangan. Semua peserta tertawa melihat kebahagiaan
irfan dan lina “ selamat ya…” dengan kompak kata-kata terucap dari mulut para penonton.
0 Comments