Muqadimah Cinta

Muqadimah Cinta
oleh: Abd.Rohman

“Tiada masa paling indah masa-masa di sekolah, tiada kisah paling indah kisah kasih disekolah….” Mungkin cuplikan  syair dari lagu almarhum crisye tersebut menyiratkan kata yang penuh makna betapa tidak aku mengenal cinta kala itu aku masih bau kencur begitu kata orang-orang di kampungku menyebut anak yang berusia belum cukup umur untuk mengawali sebuah lakon percintaaan. “Ahh cuek” kataku dalam hati hehehe, dia Bima anak dari TKI yang bekerja di Malaysia, jelas dia dari keluarga bercukupan. Bima belajar di madrasah yang sama denganku. Witing tresno jalaran songko kulino begitu pepatah jawa mengatakan yang artinya cinta timbul dari seringnya bersama atau ketemu.
Ternyata cerita cintaku dialami juga dengan Irfan, Irfan adalah seorang cowok dari pekalongan yang sedang sekolah di lamongan bukan tanpa alasan irfan memilih kota Lamongan sebagai tempat dia menuntut ilmu, irfan di sekolahkan budenya yang kebetulan orang lamongan saat ini irfan menginjak kelas 2 MTs budenya menyekolahkan irfan di madrasah dengan harapan irfan dapat menjadi anak yang soleh, bisa mendalami ilmu agama lebih lanjut lagi dan juga dapat membanggakan orang tua serta orang-orang di sekelilingnya, pagi itu kelas terasa sepi hanya semilir angin pagi yang menemani irfan di madrasa, maklum saja ini masih pukul 06.30 wib. Terlalu pagi  untuk bel berbunyi, dari kejauhan terdengar sapaan halus dari seorang yang tidak asing bangi irfan, “haii..?” irfan langsung menoleh dengan jantung berdetak tak karuan “hai juga.” Balas irfan dengan senyuman kikuk di bibirnya, nada tersebut dari Lina seorang gadis yang telah menjadi primadona di madrasah tersebut dan salah satu pria yang mengagumi kecantikannya adalah irfan, suasana sangat mendukung mereka untuk mengobrol di depan mading, tepatnya mereka asyik berdialog santai. Hal yang tak pernah di bayangkan sebelumnya oleh irfan sekarang didepannya terdapat makhluk tuhan yang didambakannya, “oh…tuhan mimpi apa aku semalam?? ” irfan bertanya dalam hati. Tak  terasa satu persatu teman irfan mulai berdatangan, mereka yang berjalan lalu lalang tak lupa untuk menyapa  irfan dan lina yang sedang asyik berbasa-basi di depan mading, sambil melihat jam tangannya lina mulai mengajak irfan untuk masuk ke kelas “ayo masuk kelas fan..?” irfan menjawab dengan nada pelan dan agak gugup “duluan lin, aku masuk kelas nanti setelah baris.” Memang sudah menjadi kebiasaan irfan masuk kelas setelah apel pagi. Kelas tampak gemuruh, jelas saja hari itu guru Bahasa Indonesia  tidak masuk kelas, ternyata ada rapat dadakan para guru-guru, saking gaduhnya hingga suasana kelas seperti rumah yang porak poranda akibat terjangan angin  puting beliung, waktu itu doni yang terkenal dengan kebandelan dan keisengannya mulai beraksi di tengah-tengah kegaduhan kelas, doni duduk pas di depan bangku irfan, terlihat lina sedang berjalan menuju kearah irfan, nampaknya lina mau meminjam buku rio yang duduk tepat di belakang bangku irfan, saat itu pula tangan jahil doni tak ingin diam melihat lina sedang berjalan doni menepuk pantat lina “plak” dengan spontan lina terkaget, ia menoleh ke belakang nampak irfan yang sedang duduk di belakangnya dengan spontan lina menampar irfan “Plak.!!!” Dengan nada keras lina berkata,” Dasar kamu otak mesum!” kelas gaduh berubah menjadi hening, semua terdiam seluruh mata menyorot kearah lina dan irfan, terlihat irfan sedang memegang pipinya  yang baru saja tertembak peluru nyasar, doni hanya terdiam dan berpura-pura tidak tahu. Jam menunjukkan pukul 09.30 wib. waktunya istirahat, untuk saat ini semua kelas di liburkan dikarnakan para guru sedang  rapat mendadak dan tidak ada guru pengganti saat itu, para siswa-siswi pulang dengan hati gembira tapi tidak untuk lina dan irfan yang baru saja terlibat konflik kecerobohan doni. Doni  tidak mau mengakui kesalahannya sehingga merugikan orang lain.
Gelap malam mulai menyapa mahluk di bumi yang sedang sibuk dengan aktifitasnya. Lina  sedang jalan-jalan dengan saudara perempuaannya ke sebuah butik dekat rumah irfan. Tak sengaja ia berpapasan dengan irfan yang sedang jalan bersama teman-temannya. Irfan yang hendak ke rumah fauzan temannya. fauzan adalah teman irfan yang jago bermain gitar, saat itu irfan sedang belajar mendalami teknik gitar pada fauzan, jadi hampir tiap malam irfan ke rumah fauzan. Lina yang akan masuk ke butik tersebut hanya memandang sinis pada irfan, nampaknya lina masih kesal karena ia mengira irfanlah yang telah melakukan hal yang tidak terpuji pada dirinya, keesokan harinya di sekolah tak nampak wajah irfan hanya surat di meja guru yang mewakili kehadiran irfan pada waktu itu “irfan sakit.” Kata pak hudlori selaku guru Bahasa Indonesia yang sedang mengajar, pada waktu itu spontan doni berteriak dengan lantang sambil melirik kearah lina “sakit asmara pak baru kena tembakan maut hahaha” “Hahaha” serentak teman sekelas ikut tertawa dengan ucapan doni, lina tertunduk ia tampak terdiam dihatinya mulai merasa bersalah akan tetapi hati lina terselimuti oleh kabut tebal yang membuat buta mata hatinya, ia merasa benar dengan tidakan pembelaan terhadap dirinya. Sepulang sekolah tampak lina berjalan sendiri di gang rumahnya dari kejauhan terdengar teriakan memanggil “liinn….” terlihat yusuf yang sedang berlari sambil menghampiri dan memanggil-manggil lina, “ada apa suf?” kata lina “ada satu hal yang ingin aku sampaikan lin.” Lina nampak kaget mendengar ucapan yusuf menurutnya yusuf adalah anak yang tak banyak bicara bila berhadapan dengannya bahkan menyapa pun jarang, yusuf terkenal anak yang pendiam dan pemalu, “lin sebenarnya yang kurang ajar padamu kemarin bukan irfan, kamu salah orang lin!” Kata yusuf meneruskan pembicaraannya “terus siapa suf?” sambung lina dengan nada keras dan terlihat di raut wajahnya yang tersirat rasa ingin tahu yang sangat tinggi “Doni!” dengan suara lantang yusuf berkata. serontak amarah lina bercampur rasa bersalah pada irfan memuncak “Doni!!!” dengan nada keras lina berkata sambil membalikkan badan dan langsung pergi tanpa menghiraukan yusuf yang sedang bersamaanya. Sesampainya di rumah tidak seperti biasanya lina yang dirumah selalu membantu ibunya di dapur sekarang lebih memilih mengurung diri di kamar nampaknya gadis 15 tahun ini teringat kembali tindakan asusila yang dilakukan doni di kelas, lebih-lebih dia mengingat kata-kata yusuf tadi, dalam hati lina hanya dapat memendam rasa bersalah pada irfan yang telah di tamparnya sehari yang lalu, malam itu juga lina menghubungi didik, teman dekat irfan dengan harapan ia akan mendapat nomor telfon irfan dan akan meminta maaf pada irfan lewat telepon, usahanya sia-sia ternyata irfan tidak mempunyai HP, kini lina hanya pasrah dan berdoa pada Allah untuk kesembuhan irfan dan berharap besok sekolah irfan ada di bangkunya. Malam mulai larut seraya mengajak lina bersantai menikmati lukisan sang malam suara kumandang adzan menambah suasana malam terasa teduh, seperti biasa sehabis sholat maghrib lina belajar bersama saudara-saudaranya di ruang tamu, ibu lina yang bekerja sebagai penyulam kerudung pun terlihat disana, tangan kirinya memegang kerudung dan tangan kanannya memegang jarum yang telah terselipi benang sulam . tak terasa jarum jam menunjuk angka 09.00 wib. Rosyi, adik lina berkata” mbak sudah jam Sembilan aku capek, ayo nonton TV”  suasana menjadi gaduh akibat kata itu. Saudara lina yang lain ikut membenarkan perkataan rosyi “iya mbak capek”  ibu lina langsung menanggapi perkataan saudara-saudara lina,” boleh nonton TV nduk, tapi jangan lama-lama,besok kamu kan sekolah” mereka menjawab dengan serentak “oke buu…” hanya lina yang diam. Setelah merapikan buku pelajaran lina nyelonong masuk kekamarnya, tanpa pamit dengan ibu atau saudara-saudara yang lain, di kamarnya lina tak langsung tidur dia berbaring dengan pandangan kosong, ia sedang melamun, iya lina sedang melamun irfan. Dalam hatinya bertanya-tanya tentang keadaan irfan ditambah dengan rasa bersalah yang mulai merasuki jiwa lina, dalam hati lina berkata,” aku salah, aku harus menemui irfan dan meminta maaf.” Fikiran lina tak terkendalikan hingga ia teringat tentang kisah pada zaman dahulu tentang burung merpati yang mengirimkan surat dari raja satu ke raja yang lainnya, nampaknya ini yang menjadi inspirasi lina untuk menulis surat buat irfan, tak menunggu waktu yang lama lina segera membuka tas dan mengambil buku di dalamnya, lina mulai merangkai kata-kata dalam tulisannya, inilah secuplik surat yang lina tulis untuk irfan.
“Assalamu’alaikum war.wab
Fan gimana kabarmu? Semoga baik ea… aq mau minta maaf dengan kejadian kemarin jujur aq khilaf saat menamparmu di dalam kelas, aq g’ tau kalo yang melakukannya adalah  doni aq bener-bener minta maaf fan aq harap kamu maafin aq. Kemarin kamu sakit apa fan? Kok tiba-tiba g masuk sekolah padahal malemnya kita kan ketemu pas di butik deket rumahmu……….
Sekali lagi maaf ya fan…
Wassalam”
Temanmu, lina.
Setelah surat jadi, lina mulai tenang tetapi fikirannya masih tertuju pada irfan yang sekarang lagi sakit “mungkin sekarang dia sedang lemas di tempat tidur” pikir lina dalam hati, waktu begitu cepat tak terasa jam menunjukkan pukul 00.00,rasa kantuk yang luar biasa mulai menghampiri lina hingga tak dirasa lina tertidur diatas kertas suratnya hingga subuh menjelang.
Hari itu adalah hari kamis dimana hari yang di tunggu-tunggu oleh para siswa bukan karna hari kamisnya melainkan besoknya adalah hari jum’at dan waktunya libur, maklum lah anak madrasah berbeda dengan sekolahan negri yang liburnya hari minggu, pagi itu di sekolah tak nampak wajah irfan ini membuat lina semakin bertanya-tanya tentang sakit yang di derita irfan, sudah tiga hari irfan tidak masuk sekolah. Bell pulang  berbunyi para siswa mulai keluar dari kelas mereka masing-masing, lina tidak langsung keluar kelas ia masih menunggu seseorang, lina menunggu didik yang sedang merapikaan tasnya, teman-teman lina sudah keluar kelas terlebih dahulu kini tinggal lina dan didik yang berada didalam kelas lina mendekati didik dan bertanya,” temenmu kenapa dik?” sambil agak kaget didik menjawab,” siapa, irfan?” “la itu kamu tahu,” sahut lina. Dengan nada sedikit cuek didik menjawab,”sakit, emang ada apa?” “enggak dik, aku cuma mau ngasih ini ke irfan, nitip ya?” jawab lina sambil menyodorkan suratnya ke didik, “oke.!” Kata didik sambil menerima surat dari lina, mereka keluar kelas dan menuju rumah masing-masing.
Hari itu didik nampak sibuk sekali sampai-sampai ia lupa akan surat yg lina titipkan padanya hingga hari jum’at surat itu masih rapi di dalam tasnya, “oalahh aq di titipi lina surat.” katanya dalam hati, “tar ae lahh habis sholat jum’at.” Gumamnya. Hari itu sangat panas nampaknya matahari menunjukkan keperkasaannya, didik mengayuh sepedahnya melewati lorong jalan yang sempit hingga sampai di depan rumah irfan “assalamu’alaikum,fan....” nampak bude irfan membuka pintu “wa’alikum salam, masuk dik.” Dengan senyuman ramah khas lamongan bude irfan menyuruh didik masuk, “bude irfan ada?” tanya didik dengan nada keras “ada dik!” suara keras dari dalam menimpali pertanyaan didik, ternyata irfan yang keluar kamar sedang menuju ruang tamu “lo loe gak papa boss?” tanya didik dengan celotehannya “eo gak papa wung aku cuma kecapean.” Sahut irfan, “kecapean apa, wung muntah-muntah gitu!.” Sahut bude irfan “wahhh kamu hamil fan..” ledek didik dengan nada cuek “plak..!” kepala didik di jitak irfan “ngawur kamu, bukan hamil brow cuma lagi mengandung anak loe.” “hallah najiz gue.” Bentak didik dengan tertawa terbahak-bahak, “dapa loe tumben panas gini udah nyampek sini?” kata irfan. “hmmm ini kalau bukan gara-gara kasusmu aku gak bakal bela-belain melawan sang surya yang sedang menyinari dunia hingga ku sampai di istanamu ini.” Kata didik. “hallah sok puitis loe, to the point aja aku udah ngantuk.” Sambil menyodorkan kertas ke arah irfan didik berkata, “ loe baca sendiri, aku gak berani buka, itu dari lina.” “dari lina??” irfan kaget, hati irfan rasanya tak karuan saat itu,ia bingung tapi juga senang dapat surat itu, kenapa tiba-tiba lina,orang yang dikagumi mengirim surat untuknya?. “iya,bener bro kapan aku bohong sama kamu?” jawab didik. ia meledek irfan yang saat itu senyum-senyum sendiri sambil membuka lipatan kertas di tangannya, “cie….yang dapet surat cinta” ledek didik.”huust… jangan ngawur dia cuma nanya kabarku mungkin dia merasa bersalah atas kejadian hari minggu itu.”jelas irfan kepada didik. “oalah..gitu yawis bro tak pulang dulu aku.” Pamit didik kepada irfan yang masih nyengir dengan suratnya.
Bulan mulai datang dengan kegagahannya menemani seorang remaja yang mulai merasakan aroma cinta di hatinya. Malam itu tanpa menunggu lama irfan langsung membalas surat dari lina.
“Assalamu’alaikum war.wab.
Langsung saja lin
Alhamdulillah kabarku baik baik saja. Mungkin aku hanya masuk angin lin. Gara-gara keseringan keluar malam.
Oh iya soal kejadian minggu lalu aku udah maafin kamu lin, aku ngerti bagaimana perasaanmu saat itu. Memang tidak pantas doni melakukan semua itu,tapi kamu tau sendirikan kejahilannya. Syukurlah kamu sudah tau yang sebenarnya.
Ya sudah lin… trimakasih ya sudah perhatian sama aku J
Wassalam”
irfan
Setelah menulis surat untuk lina irfan baru membuka buku pelajarannya untuk belajar, sampai pukul 23.00 wib. irfan masih meneruskan belajarnya. Tepat pukul 00.00 wib. irfan mulai mengambil tempat untuk tidur. Malam yang dingin mulai menyelimuti tidur irfan malam itu.
Mentari mulai menyusuri peraduanya, dari arah timur cahaya begitu terang menyinari alam raya ini. Terdengar suara” teeeet!!!teeet!!!.” bell masuk  sudah berbunyi. Semua siswa masuk kelas, dan “deg” hati lina terkagetkan oleh kedangan seorang cowok yang tiga hari ini tidak terlintas di matanya. Siapa lagi kalau bukan irfan, Sorot mata irfan yang lama tak terlihat membuat hati lina berdetak kencang, “ dag dig dug ” disamping lina merasa bersalah terhadap irfan, sebenarnya dia juga sudah memendam sebuah rasa yang tak pernah terungkapkan, rasa itu adalah cinta. “prok prok prok!” suara sepatu irfan yang melangkah dengan pasti menuju kearah lina.”lin apa kabar?” suara serak irfan mulai mengiang di telinga lina “oh.. fan udah sembuh? Alhamdulillah aku sehat fan” sahut lina sambil menyunggingkan senyuman manis di bibirnya. Melihat senyum lina irfan makin merasa kalau lina adalah wanita terindah di dunia ini. “uhuk uhuk uhuk” suara batuk yang datang dari luar kelas membubarkan perbincangan mereka. Ternyata guru matematika telah siap memasuki kelas. Kegiatan belajar mengajar berjalan dengan lancer tanpa ada kegaduhan dan celotehan dari siswa-siswi.
Hari berganti hari detik demi detik silih berganti, Semakin hari cinta yang tersimpan di hati irfan dan lina  semakin bertambah, namun mereka tak kunjung berani  untuk mengungkapkan semua rasa itu. Semakin hari hubungan mereka semakin dekat, sekarang mereka lebih sering terlihat bersama dalam setiap kegiatan sekolah. Itulah yang menjadikan irfan mantap dan berani mengungkapkan isi hatinya ke lina. Tepat tanggal 23 Desember  irfan memberanikan diri mendatangi lina yang saat itu menjadi moderator dalam suatu acara di sekolah, tanpa berfikir lama irfan tiba-tiba meminjam microphone yang di pegang lina “lin..pinjam sebentar”. Lina yang saat itu tidak tahu maksud dan tujuan yang dilakukan irfan langsung menyerahkan pelantang suara tersebut kepada irfan “ini fan.” Ifan berdiri di depan lina dan ratusan peserta acara yang sedang santai menikmati acara coffe break tiba-tiba ia meminta lina untuk berdiri “ saudari lina bisa berdiri sebentar?” tanpa berkata apa-apa lina langsung berdiri dan menganggukkan kepalanya, ini pertanda lina setuju dan mengiyakan permintaan irfan. Muka irfan memerah kelihatan sekali kalau irfan sedang gugup, semua orang di ruangan itu bingung dengan kelakuan ifan yang tiba-tiba berjalan kedepan dan memintak microphone yang di pegang lina. Suara bisik-bisik dari para peserta pun mulai terdengar di telinga irfan dan lina “ada apa ini? Irfan mau menembak lina ya?? Ihhh so sweet” “ciee… lina mau di tembak irfan tuuh” “ehm…. Langsung di trima aja lin ruangan sangat gaduh saat itu. Kegaduhan itu menjadikan wajah cantik lina mulai memerah,keringat di keningnya pun mulai membasahi pipi manisnya, lina terlihat grogi mendengar celotehan para peserta acara tersebut, jantung lina mulai berdetak dengan kencang “dag dig dug dag dig dug.” Irfan terus memandangi wajah lina yang sedang tertunduk karena malu. “ehm…” irfan memulai pembicaraan, tanpa di suruh seluruh peserta diam, ruangan berubah menjadi hening. “ lina… sudah lama aku memendam rasa ini kepadamu, sudah lama pula aku memperhatikan tingkah manjamu di depanku, aku yang selalu terpesona dengan keindahan parasmu, aku yang telah terhipnotis oleh akhlak muliamu, dan aku yang menyayangi semua tentangmu, Untuk saat ini dan seterusnya maukah kau menjadi pacar ku?” “cieee cuit-cuit” ruangan semakin gaduh kembali “ayooo linaa trima irfan” “trima.. trima.. trima..”  wajah lina semakin memerah, tanpa berpikir panjang lina langsung menjawab pertanyaan yang di lontarkan irfan “maaf fan… aku tidak bisa.” “deg” hati irfan rasanya leleh saat itu,air mata irfan keluar dan membasahi pipinya, hati irfan rasanya sakit dia bertanya-tanya dalam hati “kenapa cintaku di tolak lina? Salah apa aku? ” tidak hanya irfan semua peserta pun kecewa mendengarkan jawaban yang diberikan lina untuk irfan “yaaaah penonton kecewa” “lina kog gitu sih…” kegaduhan semakin menjadi-jadi setelah lina menjawab pertanyaan irfan. Tapi stop tiba-tiba lina mengambil micriphonnya lagi dan ia melanjutkan pembicaraan “tolong maaf kan aku  teman-teman terutama untuk kamu ifan, aku tidak bisa…. Aku tidak bisa menolak cinta yang kau berikan untukku karna sesungguhnya aku juga sudah menyimpan rasa itu lama sekali” tanpa disadari irfan yang sedang mendengarkan ucapan lina langsung meloncat kegirangan. Semua peserta tertawa melihat kebahagiaan irfan dan lina “ selamat ya…” dengan kompak kata-kata terucap dari mulut para penonton.


Post a Comment

0 Comments